
Citra Indah Pratiwi
Unsulbar News . Seharian mendung, tak ada tanda-tanda bahwa awan kelabu menyingkir dari angkasa. Tak pernah terpikir akan meninggalkan kopi yang telahku seduh sedari tadi. Kulihat Rain itu ternyata menyimpan rasa kepada seorang lelaki. Kulihat ia dari sudut matanya, dari bagaimana ia melihat matahari pagi, bagaimana ia memandang hujan, juga bagaimana ia melihat barisan awan yang konon katanya berbentuk bunga, seperti perasaannya yang tengah berbunga-bunga.
Di balik jendela sebuah kedai kopi , ku memandanginya, lantas tak mengurangi niatku tuk menemuinya
“Rain kah namamu?” dalam niatku memastikan, dengan raut wajah penasaran dan agak canggung bertanya kepadanya
“Ya, namaku Rain” sahutnya balik
Kurasa ia heran, mengapa aku mempertanyakan namanya, atau mungkin dia mengira aku sok kenal , bahkan menyukainya?
“mungkin tidak , Aku masih waras ” kataku dalam hati
Rain ialah sosok wanita yang tidak pandai berbohong, tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Rona merah diwajahnya mudah terlihat saat ia malu, marah, atau hal-hal lain yang membuncahkan perasaannya. Juga, ia tidak pandai berpura-pura.
Perasaannya kepada lelaki itu seperti matahari, terang benderang. Siapa pun yang mengenal Rain, sudah pasti mereka bisa menerka bila Rain sedang jatuh hati pada seorang laki-laki. Dan laki-laki yang itu, bukan yang lainnya.
Tulisan-tulisannya tidak menyembunyikan nama, aku juga sering membacanya. Rain yang begitu polosnya tentang cinta, seperti melihat kisah cinta anak SMA. Penuh liku, dramatis, dan lebih banyak lucunya. Namun, aku tahu. Perasaan Rain tidak bercanda, ia memang seperti itu adanya. Wanita yang tidak pandai menyembunyikan perasaan, wanita yang apa adanya . Bukankah banyak yang seperti Rain?
Dan lelaki itu, adalah lelaki yang sial. Ia terlambat menikmati hujan yang turun begitu deras. Ia terus menerus bersembunyi dari Rain. Bahkan untuk mengenainya pun ia enggan, Sampai suatu hari, Rain sudah reda dan ia baru mencari-cari ke mana, mengapa tak lagi turun?
Suatu hari, perasaan Rain reda tak berbekas. Mengetahui jika perasaannya hanya turun tanpa arti ditempat yang salah, tempat yang tidak bisa menumbuhkan apapun.Tempat dimana Ia hanya bisa menjatuhkan air rezekinya tanpa mendapatkan umpan balik dari tempat itu sendiri. Ia sudah tumbuh menjadi wanita yang berbeda, wanita yang berhasil belajar dari kesalahan.
Siang hari pukul 12:00 WITA Rain turun dengan derasnya, tak sengaja aku mampir di toko buku langgananku, tak tahu mengapa mataku langsung tertuju pada lelaki yang sedang dengan saksamanya membaca sebuah novel. Bersimbuh disudut taman baca, melihatnya melipat-lipat halaman buku, seperti menemukan paragraf yang mewakili perasaannya. Meminjam kata temanku, untuk menggambarkannya : Aku mendengar dan melihatmu sehabis hujan berturut-turut, seakan ada kegelisahan diraut wajahmu, aku datang kamu usai.