Position Paper Kenaikan Tarif Impor Amerika Serikat-China

Position Paper Kenaikan Tarif Impor Amerika Serikat-China. Sumber Foto: medium.com

Penulis: Kelas Hubungan Internasional A 2023

Unsulbar News, Majene–Amerika Serikat memutuskan untuk menaikkan tarif impor dalam forum WTO baru-baru ini, sebagai upaya menstabilkan ekonominya setelah terdampak penurunan minat terhadap produk lokal dan kerugian akibat kebakaran besar di LA.  Kebijakan ini mendapat penolakan dari sejumlah negara, terutama China, yang menilai masalah domestik tidak seharusnya dibebankan secara global. Ketegangan semakin meningkat setelah Amerika menuding China, Meksiko, dan Kanada terlibat dalam masuknya fentanil ilegal ke wilayahnya, yang menjadi alasan tambahan kenaikan tarif.

Pemerintah China menolak dengan keras kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. “Kami dari pihak China menolak dengan keras kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Kami merasa bahwa tarif yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump sebesar 145% ini tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan dari WTO yaitu sebesar 125%,” perwakilan pemerintah China. Pemerintah China juga menuntut karena tarif impor China jauh lebih tinggi dari negara-negara lain. Pemerintah AS pun menjawab argumen dari China “Kami pihak Amerika memiliki alasan khusus kenapa China memiliki kenaikan tarif yang tinggi, tidak hanya China, Meksiko dan Kanada juga memiliki tarif khusus dari kami, yang merupakan pertanggungjawaban mereka karena telah bekerja sama dalam pengeksporan ilegal fentanil ke negara Amerika.” Fentanil sendiri merupakan ekspor dari negara China, namun pabriknya berada di Meksiko, sementara Kanada bertugas membantu memasukan fentanil ke Amerika, yang mana Kanada masih merupakan bagian dari Amerika.

Hal ini menciptakan ketegangan perdagangan yang signifikan sehingga mempengaruhi ekonomi kedua negara tersebut, dan juga membuat banyak pihak ikut terdampak, termasuk industri teknologi dari Amerika Serikat sendiri. Perwakilan industri dan teknologi AS meminta pemerintah Amerika Serikat agar berunding dengan pemerintah China, mengingat perang tarif impor ini akan berpengaruh pada biaya produksi dalam negeri yang mencapai 20%. Perwakilan industri dan teknologi juga meminta solusi dari pihak pemerintah Amerika Serikat terkait kebutuhan produksi yang mayoritas bahan bakunya diimpor dari China. Indonesia, sebagai negara perwakilan Asia Tenggara juga merasa  resah dengan adanya kenaikan tarif impor ini, akan tetapi dengan adanya negosiasi dari  Amerika, Indonesia  menerima tawaran ekspor hasil pertanian ke Amerika Serikat dan tidak menutup kemungkinan Indonesia tetap menerima kerjasama-kerjasama dari negara lain termasuk China.

WTO pada dasarnya berperan sebagai forum netral yang tidak secara langsung menyelesaikan konflik, melainkan menyediakan ruang agar kedua pihak dapat terlibat dalam proses negosiasi yang konstruktif demi mencapai solusi bersama. Setelah berunding kembali dengan China, AS  mengeluarkan kebijakan terbaru yakni mengusulkan pengurangan tarif impor bagi China dengan syarat China harus ikut menurunkan tarif impornya juga dan berhenti melakukan perlawanan, serta 30% impor produk pertanian China dialihkan ke negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia, demi menjaga kestabilan pasar dan memperluas kerja sama ekonomi regional mereka. Sementara untuk memenuhi kebutuhan bahan produksi di bidang industri dan teknologi AS kan terus mencari alternatif lain, selain China.

Editor: Nurul Inzana Filail

Nurul Inzana Filail

Just call me Iyun. Meet me on Instagram @iyunniee_

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
YouTube
YouTube
WhatsApp
Tiktok